Kamis, 27 Oktober 2011

Serat Wulangreh

SERAT WULANGREH
Yasa Dalem : Sri Susuhunan Pakubuwana IV
PUPUH I
DHANDHANGGULA
(01)
Pamedare wasitaning ati,
cumantaka aniru Pujangga,
dahat muda ing batine.
Nanging kedah ginunggung,
datan weruh yen keh ngesemi,
ameksa angrumpaka, basa kang kalantur,
turur kang katula-tula,
tinalaten rinuruh kalawan ririh,
mrih padanging sasmita.

Inilah curahan hati
Berlagak meniru pujangga
Tapi merasa harus disanjung
Tak sadar banyak yang mencibir
Memaksa diri merangkai kata, bahasa yang (justru) ngelantur
Bahasa yang carut marut
yang (jika) dicermati
(hanyalah) untuk terangnya isyarat (kata hati) semata.
Delapan pada Tembang Dhandhanggula ini merupakan prolog (pengantar) untuk masuk ke ajaran yang nanti akan dibahas secara rinci dalam Serat Wulangreh.  Pupuh pertama ini merupakan pengakuan universal orang jawa yang andhap asor dan tidak mau memamerkan ilmunya.  Sri Susuhunan Mangkunegara merasa dirinya rendah dan bodoh (cumanthaka aniru pujangga).  Bahkan sebagai manusia, beliau sadar akan adanya sanjungan yang sebenarnya tidak pantas diterima olehnya.  Pengantar klasik yang hanya orang jawa yang bisa memahaminya.
(02)
Sasmitaning ngaurip puniki,
mapan ewuh yen ora weruha,
tan jumeneng ing uripe,
akeh kang ngaku-aku,
pangrasane sampun udani,
tur durung wruh ing rasa, rasakang satuhu,
rasaning rasa punika,
upayanen darapon sampurna ugi,
ing kauripanira.

Makna kehidupan itu
sungguh sayang bila tak tahu
tidak kokoh hidupnya,
banyak orang mengaku,
perasaannya sudah utama,
padahal belum tahu rasa,
rasa yang sesungguhnya,
hakikat rasa itu adalah,
usahakan supaya diri sempurna,
dalam kehidupan.
Yang nanti akan diulas (panjang lebar) oleh Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV, adalah filsafat dan hakikat hidup yang lebih pada pemaknaan rasa yang secara manusiawi melekat pada diri tiap manusia.  Merasa dirinya bisa memahami rasa, tanpa pernah punya perasaan.  Kesalahan fatal manusia menurut (pada 2 diatas) adalah karena manusia tidak memahami hakekat rasa.  Dalam hal ini, Kanjeng Susuhunan sangat menyayangkan apabila manusia tidak bisa kokoh hidupnya hanya karena salah memaknai rasa.
(03)
Jroning Quran nggoning rasa yekti,
nanging ta pilih ingkang unginga,
kajaba lawan tuduhe,
nora kena den awur,
ing satemah nora pinanggih,
mundak katalanjukan,
tedah sasar susur,
yen sira ajun waskita,
sampurnane ing badanira, (*kirang 3 wanda)
sira anggugurua.

Dalam Qur’an tempat rasa jati,
tapi jarang orang tahu,
keluar dari petunjuk,
tak dapat asal-asalan,
akhirnya tidak ketemu,
malahan terjerumus,
akhirnya kesasar,
kalau kamu ingin peka,
agar hidupmu sempurna,
maka bergurulah.

Nilai dasar manusia terkait dengan masalah rasa, pada hakekatnya sudah tertuang dalam Quran.  Disanalah sebenarnya rasa itu ada.  Sayangnya tak setiap orang bisa memahami (atau setidaknya menyadari).  Quran adalah penuntun hidup, maka dalam memaknainya harus dengan sangat hati-hati (ora kena den awur), agar nantinya tidak terjerumus atau bahkan berlebihan dan over acting.  Oleh karena itu, kendati sudah didepan mata dan diyakini sebagai tuntunan hidup, jika ingin memahami AlQuran, bergurulah!

(04)
Nanging yen sira ngguguru kaki,
amiliha manungsa kang nyata,
ingkang becik martabate,
sarta kang wruh ing ukum,
kang ngibadah lan kang ngirangi,
sokur oleh wong tapa,
ingkang wus amungkur,
tan mikir pawewehing liyan, (*langkung 1 wanda)
iku pantes sira guronana kaki,
sartane kawruhana.
Namun apabila kamu berguru
pilihlah manusia nyata
yang baik martabatnya
serta tahu hukum
yang beribadah dan sederhana
syukur dapat pertapa
yang sudah menanggalkan
pamrih pemberian orang
itu pantas kamu berguru
serta ketahuilah

Meskipun demikian, jika kita hendak berguru (belajar, dalam hal ini Al Quran), hendaklah hati-hati.  Pilihlah guru yang benar-benar nyata baik ilmu maupun aplikasinya.  Tak jarang, meski sudah berdasarkan Al Quran, jika salah dalam pemahaman, salah pula dalam aplikasinya dapat berakibat buruk.  Boleh jadi, NII, Bom Bunuh Diri, Ahmadiyah dan sebagainya adalah representasi dari warning yang diberikan oleh Kanjeng Susuhunan.  Jelas sekali, belaiau memerintahkan untuk kita berguru kepada orang yang (becik martabate),  Martabat dapat difahami sebagai tindak, tingkah laku, track record.  Akan lebih baik, jika orang tersebut memahami hukum. Saya menterjemahkan hukum disini adalah hukum positf (bukan Hukum Al Quran).  Dalam pengertian saya, tempat kita berguru adalah orang yang alim, faham al Quran dan tidak cacat hukum, atau setidaknya orang yang taat pada hukum positif.

 (05)
Lamun ana wong micara kaki,
tan mupakat ing patang prakara,
aja sira age-age,
anganggep nyatanipun,
saringana dipun baresih,
limbangen lan kang patang :
prakara rumuhun,
dalil qadis lan ijemak,
lan kijase papat iku salah siji,
ana-a kang mupakat.
Kalau ada orang bicara ilmu
tak setuju empat perkara
jangan cepat-cepat
percaya padanya
saringlah yang teliti
pertimbangkan empat hal
perkara terdahulu
dalil hadis dan ijma’
dan keempat qiyas semua
telah disepakati
Lebih hebat lagi, jika mendapatkan orang yang ahli tapa (tirakat), tatat beribadah dan hidup sederhana.  Hal ini bisa dibuktikan apabila dia memang tanpa pamrih dan jauh dari niat mencari keuntungan duniawi.  Jika sudah mendapatkan yang demikian,. Bergurulah anda pada mereka!  Jika hanya ada orang yang hanya pandai berbicara (sepandai apapun dia) jika tidak mengedepankan pada empat hal, maka pertimbangkanlah dulu.  Empat hal itu adalah dalil (Qur’an), Hadis, Ijma dan Qiyas.  Itulah yang sejak dulu menjadi dasar dan landasan berfikir manusia untuk menjinakkan rasa guna memperoleh ketenteraman.
(06)
Ana uga kang sira antepi,
yen ucul saka patang prakara,
nora enak legetane,
tan wurung tinggal wektu,
panganggepe wus angenggoki,
aja kudu sembah hyang,
wus salat kateng-sun,
banjure mbuwang sarengat,
batal haram nora nganggo den rawati,
bubrah sakehing tata.
Ada juga yang mantab
kalau tepat empat perkara
sungguh tidak tepat
hanya meninggalkan waktu
menganggap sudah tepat
hendak tidak shalat
hanya bikin tanggung
lalu membuang syariat
batal haram tak peduli
lalu bikin kacau
(07)
Angel temen ing jaman puniki,
ingkang pantes kena ginuronan,
akeh wong jaya ngelmune,
lan arang ingkang manut,
yen wong ngelmu ingkang netepi,
ing panggawening sarak,
den arani luput,
nanging ta asenengan,
nora kena den wor kakarepaneki,
pancene parijangga.

Sungguh sulit jaman sekarang
Mana yang pantas diteladani
(Meski) banyak yang hebat ilmunya
Tetapi jarang yang taat
Jikalau orang berilmu yang menjelaskan.
Jika orang berbuat baik
Dikatakan salah
Tetapi jika hanya bersenang-senang
Tak bisa dimengerti apa maksudnya
Betul-betul orang hebat
Kanjeng susuhunan juga sangat memahami keadaan.  Betapa sulitnya mencari orang yang tepat untuk berguru (angel temen ing jaman puniki ………. ingkang pantes ginuronan).  Banyak orang yang hebat dibidang ilmu (pengetahuan) tetapi jarang yang menjadikannya panutan.  Bahkan sebaliknya, yang meninggalkan syarak, dan hanya suka bersenang-senang serta sulit diikuti kemauannya, memaksakan diri untuk menjadi panutan.  Dasar manusia!

  (08)
Ingkang lumrah ing mangsa puniki,
mapan guru ingkang golek sabat,
tuhu kuwalik karepe,
kang wus lumrah karuhun,
jaman kuna mapan si murid,
ingkang pada ngupaya,
kudu angguguru,
ing mengko iki ta nora,
Kyai Guru narutuk ngupaya murid,
dadiya kanthinira.
Umumnya dijaman sekarang
Justru guru yang mencari teman
Benar-benar terbalik keadaanya
Jamaknya (begitulah) yang biasa terjadi
Kalau jaman dulu, muridlah
Yang mencari guru
Tapi sekarang tidak
Kyai Guru berkeliaran mencari murid
Agar ikut dengannya
Sekarang yang terjadi sebaliknya.  Jika dahulu, seorang akan besusah paying berguru mencari ilmu pengetahuan, tetapi sekarang justru gurulah yang mencari murid.  (Lihatlah, spanduk, baliho, pamplet, selebaran beredar dimana mana mencari murid agar mau bersekolah)  Akibatnya, murid yang belajar bukan tumbuh dari dasar hatinya, tetapi termakan oleh bujukan iklan.  Kendati demikian, belajar, belajar dan belajarlah!
Itulah  pesan awal yang disampaikan oleh Kanjeng Susuhunan Pakubuwana IV dalam Pupuh I Dhandhanggula, untuk masuk lebih focus pada Serat Wulangreh………………….

PUPUH II
K I N A N T H I
01
Padha gulangen ing kalbu,
ing sasmita amrih lantip,
aja pijer mangan nendra,
kaprawiran den kaesthi
pesunen sariranira,
sudanen dhahar lan guling.

Mari latih dan pahami hati
Agar perasaan bisa lebih tajam
Jangan Cuma makan dan tidur
Watak ksatria harus dipelajari
Latih badan / tubuhmu
Kurangi makan dan tidur
Ngarsa dalem ingkang Sinuhun (pada masa itu) sudah sangat memahami betapa tantangan atas perkembangan jaman.  Maka yang pertama ditekankan adalah melatih, memahami dan mengasah rasa (Padha gulangen ing kalbu).  Langkah ini dirasa paling efektif untuk menyikapi perkembangan keadaan.  Nilai ini universal dan bisa diterapkan bahkan di era computer sekarang ini.
Salah satu langkah yang mutlak dilakukan adalah dengan mesu budi, prihatin  dengan jalan kurangi makan dan kurangi tidur.  Watak ksatria harus ditempuh dengan cara itu agar kita kadunungan kawaskithan.
02
Dadiya lakuniraku,
cegah dhahar lawan guling,
lawan ojo sukan-sukan,
anganggowa sawatawis,
ala watake wong suka,
nyuda prayitnaning batin.

Jadikanlah kebiasaanmu
mencegah makan dan tidur
dan jangan suka bersenaang-senang
jika perlu, lakukan seperlunya
jeleklah watak orang yang hanya bersuka-suka
akan mengurangi kewaspadaan batin
Mengurangi makan dan tidur, agar dijadikan kebiasaan disamping mencegah hura-hura dan kesenangan ragawi semata.  Sekarang terbukti.  Kesenangan duniawi dibuka lebar-lebar dan bahkan diberikan ijin resmi oleh penguasa.  Akibatnya, para pemuda tak lagi peduli dengan pesan moral untuk mencegah makan dan mencegah tidur.
Boleh jadi, Sinuhun Pakubuwana sudah memprediksikan jika pada suatu saat nanti, kesenangan memang akan menjadi bagian dari kehidupan manusia.  Jiaka itu terpaksa terjadi, lakukanlah secukupnya (anganggowa sawetawis).  Bagaimanapun juga, orang yang hanya mengedepankan bersuka-suka, termasuk kategori orang yang berwatak buruk.  Kesenangan akan mengurangi kewaspadaan.  Anda bisa membuktikan bahwa sebagian besar tindak kriminal terjadi ketika orang tengah hanyut dalam kesenangan.
03
Yen wus tinitah wong agung,
ywa sira gumunggung dhiri,
aja nyelakaken wong ala,
kang ala lakunireki,
nora wurung ngajak-ajak
satemah anenulari.

Jika sudah ditakdirkan jadi pembesar
janganlah kamu menyombongkan diri
jangan dekat dengan orang jelek (wataknya)
biarlah dia seperti itu
karena paling-paling akan mengajak
pada khirnya akan menular (pada dirimu)
Pesan berikut dialamatkan kepada mereka yang sudah menjadi pembesar (penguasa).  Wulangreh mengajarkan untuk tidak sombong (sumongah sesongaran).   Seorang pembesar / penguasa jangalah terlalu denkat dengan orang yang berwatak buruk karena pada kahirnya Cuma akan mengajak dan menjerumuskan pada tindakan jelek pula.
04
Nadyan asor wijilipun,
yen kelakuwane becik,
utawa sugih cerita,
kang dadi misil,
yen pantes raketana,
darapon mundhak kang budi.

Meski berasal dari rakyat jelata
jika wataknya bagus
atau yang banyak cerita
yang bisa diambil sarinya
jika memang layak, dekatilah
dengan harapan akan mengangkat harkatmu
Sebaliknya, meskipun berasal dari golongan rakyat jelata, jika memang memiliki watak dan kepribadian yang bagus layak untuk didekati.  Pembesar / penguasa yang demikian akan sangat memahami apa yang terjadi pada masyarakatnya.  Mereka akan mengambil keputusan tepat bagi rakyat, karena dia mendekat langsung dan mendengarkan cerita mereka.  Jika sudah demikian, bukan tidak mungkin, dari rakyat jelata inilah yang mampu mengangkat harkat dan martabatnya.

05
Yen wong anom pan wus tamtu,
manut marang kang ngadhepi,
yen kang ngadhep
akeh durjana,
tan wurung bisa anjudi,
yen kang ngadhep akeh bangsat,
nora wurung dadi maling.

Jika para pemuda memeng sudah sepatutnya
tunduk pada yang dihadapi
jika yang dihadapi banyak orang licik
paling-paling akan bisa berjudi
jika yang menghadap banyak bangsat
akhirnya juga akan jadi pencuri
khususnya kepada para pemuda, Wulangreh mengingatkan untuk tunduk pada yang dihadapi.  Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.  Tapi hati-hati, banyak orang licik disekitar kita.  Jika menghadapi orang licik tetapi kita tidak bisa mengendalikan diri, akhirnya akan terjerumus.  paling-paling Cuma akan jadi tukang judi.  Demikian juga, jika tak mampu mengendalikan diri ketika berhadapan dengan bangsat, akhirnya akan tergoda untuk menjadi pencuri.
Korupsi dan kolusi terjadi karena penguasa tidak mampu menahan diri pada gemerlapnya keadaan.  Dia tidak mampu mendteksi orang baik dan orang buruk.  Sekalipun pada awalnya tidak berniat untuk korupsi, tetapi karena kurang waspada (batin, jiwa dan rasanya) akhirnya dia terjebak pada pilihan korupsi atau jatuh.  Jika dia tidak korupsi, maka akan kedudukannya akan terancam.  Pilihannya jelas, korupsi akan lebih baik daripada dirinya jatuh.  Inilah kekgagalan pemimpin dalam mengolah rasa dan salah dalam menilai baik buruk watak orang yang didekati.
 06
Sanadyanta nora melu,
pasti wruh lakuning maling,
kaya mangkono sabarang,
panggawe ala puniki,
sok weruha gelis bisa,
yeku panuntuning iblis.

kendati kamu tidak ikut-ikutan
sepatutnya kamu tahu watak pencuri
begitulah semuanya
kelakuan buruk ini
meski cuma melihat akan cepat bisa
itulah tuntunan iblis
Sekalipun, keadaan itu tejadi karena sebuah keterpaksaan sejak awal Wulangreh sudah mengingatkan agar kita tidak ikut-ikutan hanyut terbawa keadaan.  Jadi tak ada salah mempelajari watak dan perilaku pencuri.  Bukan untk ikut mencuri, tetapi menghindarkan diri dari keterpaksaan mancuri.  Karena untuk belajar menjadi buruk sungguh sangat gampang.  Sekali melihat akan bisa.

07
Panggawe becik puniku,
gampang yen wus den lakoni,
angel yen durung linakwan,
aras-arasen nglakoni,
tur iku den lakonana,
mufa’ati badanneki.

Perbuatan baik itu
mudahnya jika sudah dilakukan
tapi sulit jika jika belum dilakukan
rsanya malas untuk melakukan
maka lakukanlah
karena akan bermanfaat bagi dirimu
Demikian juga perbuatan baik.  Ia juga mudah untuk dilakukan.  Yang membedakan dengan perbuatan buruh adalah pada tindakannya.  Jika perbuatan buruk akan sangat mudah dilakukan, sedang perbuatan baik akan sangat sulit untuk memulai, smeski sebenarnya mudah dipelajari.  Untuk memul;ai suatu perbuatan baik, meski kita tahu itu sangat mudah, namun begitu beratnya untuk dilakukan. Wulangreh menyebut aras-arasen nglakoni.

08
Yen wong anom-anom iku,
kang kanggo ing masa iki,
andhap asor dipun bucal,
unbag gumunggung ing dhiri,
obrol umuk kang den gulang,
kumenthus lengus kumaki.

Jika anak muda-muda itu
yang berlaku dimasa sekarang
sopan santun sudah dibuang
sombong dan selalu tinggi hati
mengobrol dan membual yang dikerjakan
bergaya, congkak dan mentang-mentang
Kembali pada persolanan anak muda.  Disetiap jaman, anak muda berada dalam dinamikanya sendiri.  kanjeng Susuhunan juga sudah menyadari bahwa para pemuda adalah segmen penting yang harus digarap secara tuntas.  Masalah sopan santun nampaknya masih menjadi perhatian beliau.  Kurang Sopan santun, sombong, egois, sok gaya adalah label yang acap kali menmpel di pundak pemuda.  Kebiasaan yang sekarang jamak terjadi di kalangan muda, sudah disorot oleh wulangreh sejak 2 abad lalu.

09
Sapa sira sapa ingsun,
angalunyat sarta edir,
iku lambanging waong ala,
nomnoman adoh wong becik,
emoh angrungu carita,
kang ala miwah kang becik.

Membanggakan diri sendiri
egois dan tak peduli
itulah lambang orang yang buruk
pemuda yang jauh dari orang baik
tak mau mendengarkan petuah
yang jelek dan yang baik
bait ini juga masih menyoroti tentang watak pemuda yang nampaknya terjadi disepanjang jaman.  Membaggakan diri, sombong dan egois seakan menjadi cirri pemuda pada umumnya.  Jadi wajar apabila Sri SSusuhunan Pakubuwana IV memberikan garis bawah cukup tebal diawal materi Serat Wulangreh.

10
Cerita kang wus kalaku,
panggawe ala lan becik,
tindak bener lan becik,
tindak bener lan kang salah,
kalebu jro caritareki,
mulane aran carita,
kabeh-kabeh den kawruhi.

Cerita yang telah terjadi
perbuatan buruk dan baik
perbuatan benar dan salah
termasuk dalam cerita ini
maka disebut cerita
semua hal agar diketahui
Dengan sangat lugas Pakubuwana IV mengakui, bahwa menceritakan keadaan pemuda terutama yang menyangkut perbuatan baik buruk dan benar salah adalah bagian penting dari cerita (maksudnya) karangan ini.  Maka sekalipun dirasa terlalu vulgar tetap saja disebut untuk bisa diketahui dan dipelajari

11
Mulane wong anom iku,
abecik ingkang taberi,
jejagongan lan wong tuwa,
ingkang sugih kojah ugi,
kojah iku warna-warna,
ana ala ana becik.

Maka, orang muda itu
sebaiknya yang teliti
jika berbicara / berhadapan dengan orang tua
yang (kebetulan) banyak omong
pembicaraan itu bermacam-macam
ada yang baik, ada yang buruk
Maka sebagai orang muda, sudah selayaknya apabila lebih teliti.  Jika berhadapan dengan orang tua yeng kebetulan sedang berbicara, maka dengarkanlah.  Meskipun kadangkala menjengkelkan karena terlalu banyak yang dibicarakan / diomongkan, tapi mendengarkan dengan seksama adalah lebih bijaksana.  Karena dari sanalah kita bisa mengenal banyak orqang dengan berbagai perwatakannya, baik baik maupun buruk

12
Ingkang becik kojahipun,
sira anggawa kang remit,
ingkang ala singgahana,
aja niat anglakoni,
lan den awas wong kang kojah,
ing lair masa puniki.

Yang baik pembicaraannya
bawalah dengan cermat
yang jelek sembunyikan,
jangan pernah berniat melakukan
dan waspadailah orang yang berbicara (itu)
yang terucap saat ini
Yang (kebetulan) mempunyai materi pembicaraan yang baik, maka camkanlah dan gunakan dengan cermat.  Sebalknya, apabila ada yang kurang baik, terimalah sebagai berbandingan, dan sembunyikanlah.  Tetapi tetaplah waspada dan teliti mendengarkan pembicaraan orang yang terjadi pada saat itu.

13
Akeh wong kang bisa muwus,
nanging den sampar pakolih,
amung badane priyangga,
kang den pakolihaken ugi,
panastene kang den umbar,
nora nganggo sawatawis.

Banyak memang orang yang bisa bicara
namun entah bagaimana hasil (kenyataan)nya
Cuma dirinya sendiri
yang meakhirnya mendapatkan
emosinya yang dikedepankan
tanpa ada pengendalian
14
Aja ana wong bisa tutur,
amunga ingsun pribadhi,
aja ana amemedha,
angrasa pinter ngluwihi,
iku setan nunjang-nunjang,
tan pantes dipun cedhaki.

Jangan ada orang yang bisa menasihati
biarlah aku sendiri
jangan pernah terpancing
merasa lebih pintar
inilah setan gentayangan
tak pantas didekati

15
Singakna den kaya asu,
yen wong kang mangkono ugi,
dahwen open nora layak,
yen sira sadhinga linggih,
nora wurung katularan,
becik singkiorana kaki.

Singapun akan seperti anjing
jika ada orang yang demikian itu
suka ingin tahu (urusan orang) dan tidak pantas
jika kamu duduk berdampingan (dengan orang semacam itu)
Nanti kamu akan tertular
sebaiknya jauhilah, nak

16
Poma-poma wekasingsun,
mring kang maca layang iki,
lan den wedi mring wong tuwa,
ing lair prapto ing batin,
saunine den estokna,
ywa nambuh wulang kang becik.

Ingat-ingatlah pesanku
pada (siapapun) yang membaca surat (tulissan) ini
dan takutlah pada orang tua
baik lahir maupun batin
semua perkataannya  turutkanlah
jangan menghindar ajaran baik.

Rabu, 19 Oktober 2011

stickwitu lyric

I don't wanna go another day
So I'm telling you exactly what is on my mind
Seems like everybody is breaking up
And throwing their love away
But I know I got a good thing right here
That's why I say, hey

Nobody gonna love me better
I'mma stickwitu forever
Nobody gonna take me higher
I'mma stickwitu

You know how to appreciate me
I'mma stickwitu, my baby
Nobody ever made me feel this way
I'mma stickwitu

I don't wanna go another day
So I'm telling you exactly what is on my mind
See the way we ride in our private lives
Ain't nobody getting in between
I want you to know that you're the only one for me
What I say

Nobody gonna love me better
I'mma stickwitu forever
Nobody gonna take me higher
I'mma stickwitu

You know how to appreciate me
I'mma stickwitu, my baby
Nobody ever made me feel this way
I'mma stickwitu

And now
Ain't nothing else I could need
And now
I'm singing 'cause you're so, so into me

I got you
We'll be making love endlessly
I'm with you
Baby, you're with me

So don't you worry about
People hanging around
They ain't bringing us down
I know you and you know me
And that's all that counts

So don't you worry about
People hanging around
They ain't bringing us down
I know you and you know me
And that's, that's why I say, hey

Nobody gonna love me better
I'mma stickwitu forever
Nobody gonna take me higher
I'mma stickwitu

You know how to appreciate me
I'mma stickwitu, my baby
Nobody ever made me feel this way
I'mma stickwitu

Nobody gonna love me better
I'mma stickwitu forever
Nobody gonna take me higher
I'mma stickwitu

You know how to appreciate me
I'mma stickwitu, my baby
Nobody ever made me feel this way
I'mma stickwitu

Visi Misi Bimbingan Konseling , dan Trilogi Profesi


Paradigma Bimbingan Konseling ,Visi, Misi ,dan Trilogi Profesi


Nama  :Widyawati Dewi A
NIM     :2601410029



Universitas Negeri Semarang
Fakultas Bahasa dan Seni
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa



Paradigma

Paradigma bimbingan konseling  adalah pelayanan bantuan psiko-pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik. Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian
          Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseli agar dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
          Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi as-pek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual)


Visi
Visi bimbingan dan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri dan bahagia.

Misi
Berdasarkan visi tersebut terdapat tiga misi yang diemban bimbingan dan konseling, yaitu:
1.      Misi pendidikan; mendidik peserta didik melalui pengembangan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan yang terkait masa depan.
2.       Misi pengembangan; memfasilitasi perkembangan individu di dalam satuan pendidikan formal ke arah perkembangan optimal melalui strategi upaya pengembangan lingkungan belajar dan lingkungan lainnya serta kondisi tertentu sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat.
3.      Misi pengentasan masalah; membantu dan memfasilitasi pengentasan masalah individu mengacu kepada kehidupan sehari-hari yang efektif.
Dalam berbagai literatur tentang bimbingan dan konseling, para ahli mengemukakan tentang tujuan bimbingan dan konseling yang beragam, tetapi pada intinya akan menerucut pada tujuan yang sama yaitu tercapainya perkembangan para peserta didik/klien secara optimal dan tercapainya penyesuaian diri

Trilogi Profesi
Di awal abad ke-21 ini dunia pendidikan di Indonesia mulai memasuki era profesional. Hal ini ditandai dengan penegasan bahwa “pendidik merupakan tenaga profesional” (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2), dan “profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi” (UU No.14 Tahun 2005 Pasal 1 Butir 4).
Untuk menjadi profesional dalam bidang apapun, seseorang harus menguasai dan memenuhi ketiga komponen trilogi profesi, yaitu
1)      komponen dasar keilmuan,
2)       komponen substansi profesi, dan
3)       komponen praktik profesi.

·         Komponen dasar keilmuan memberikan landasan bagi calon tenaga professional dalam wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap berkenaan dengan profesi yang dimaksud.
·         Komponen substansi profesi membekali calon profesional apa yang menjadi fokus dan objek praktis spesifik pekerjaan profesionalnya.
·         Komponen praktik mengarahkan calon tenaga profesional untuk menyelenggarakan praktik profesinya itu kepada sasaran pelayanan atau pelanggan secara tepat dan berdaya guna.
Penguasaan dan penyelenggaraan trilogi profesi secara mantap merupakan jaminan bagi suksesnya penampilan profesi tersebut demi kebahagiaan sasaran pelayanan. Penguasaan ketiga komponen profesi tersebut diperoleh di dalam program pendidikan profesi dan pendidikan akademik yang mendasarinya. Konselor, yang adalah pendidik (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 6) , sebagai tenaga professional dituntut untuk menguasai dan memenuhi trilogi profesi dalam bidang pendidikan, khususnya bidang konseling, yaitu
  1. Komponen Dasar Keilmuan : Ilmu Pendidikan
  2. Komponen Substansi Profesi : Proses pembelajaran terhadap pengembangan diri/ pribadi individu melalui modus pelayanan konselin

Rasionil Perlunya Bimbingan Dan Konseling Menurut Tinjauan Psikologis Dan Pendidikan Secara Umum


Rasionil Perlunya Bimbingan Dan Konseling Menurut  Tinjauan Psikologis Dan Pendidikan Secara Umum




Nama  :Widyawati Dewi A
NIM     :2601410029



Universitas Negeri Semarang
Fakultas Bahasa dan Seni
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa





 Tinjauan Aspek Psikologis
Seperti yang kita ketahui bahwa siswa sebagai subyek didik yang memiliki karakteristik berbeda-beda satu sama lain. Selain unik dan berbeda satu sama lain, mereka juga senantiasa mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari proses belajar yang mereka alami. Perbedaan individual yang ada pada diri mereka itulah yang kerap menjadi pemicu lahirnya berbagai masalah- masalah, termasuk diantaranya ialah masalah psikologis. Timbulnya masalah psikologis menuntut adanya pemecahannya, disinilah peran bimbingan dan konseling dalam membantu menyelesaiakan masalah tersebut melalui layanan bimbingan dan konseling. Ada beberapa masalah psikologi yang menjadi dasar mengapa bimbingan dan konseling sangatlah diperlukan di sekolah, antara lain
1.) Masalah Perkembangan individu
Selain individu mengalami pertumbuhan, individu tersebut juga mengalami proses perkembangan. Perkembangan akan menjadi baik apabila faktor-faktor pendukungnya saling melengkapi satu sama lain. Oleh karena itu diperlukan asuhan yang terarah yang disebut pendidikan. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang ditunjukan kepada individu dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya di ranah pendidikan. Mengacu dari hal tersebut, maka sekolah memiliki peranan penting dalam membantu siswa untuk mencapai taraf perkembangan yang lebih optimal. Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan komponen pendidikan yang turut serta dalam membantu siswa dalam proses perkembangannya.
2.) Masalah Perbedaan Individu
Perbedaan individu inilah yang sering kali banyak menimbulkan masalah-masalah bagi siswa itu sendiri maupun bagi lingkungan. Sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa dalam menghadapi masalah-masalah sehubungan dengan perbedaan individu. Bantuan itu misalnya dengan memberikan pelayanan bagi para siswa secara individual yang dapat diselenggerakan dengan progam bimbingan dan konseling. Perbedaan individu yang sering menjadi perhatian diantaranya kecerdasan, kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadiaan, cita-cita, kebutuhan, minat, pola dan tempo perkembangan, ciri jasmania, latar belakang (lingkungan).
3.) Masalah Kebutuhan Individu
Pemenuhan kebutuhan tidak selamanya berjalan baik pada koridor yang telah ada, ada kalanya pemenuhan kebutuhan tersebut mengalami ketimpangan atau bahkan gagal dalam proses pemenuhannya. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan masalah bagi diri individu yang bersangkuatan. Apabila ini terjadi,s eyogyanya pihak sekolah dapat menyadari hal tersebut.

4.) Masalah Penyesuaian Diri
Proses penyesuaian diri ini banyak sekali menimbulkan berbagai macam masalah terutama bagi individu itu sendiri. Dalam hal inilah, sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siwa dapat menyesuaiakan diri dengan baik dan terhindar dari gejala-gejala yang tidak sesuai. Disinilah peran bimbingan dan konseling sangat sangat dibutuhkan
.
5.) Masalah Belajar
Sekolah memmpunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar. Hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah tersebut. Disnilah letak pentingnya program pelayanan bimbingan dan konseling. Itulah uraian mengenai mengapa bimbingan dan konseling sangat penting apabila dilihat dari aspek psikologis. Jadi, bimbingan dan konseling sangatlah penting bila dilihat dari aspek psikologis.



Rasionil Perlunya Bimbingan Dan Konseling Menurut Tinjauan Konstitusi Filsafat & Perkembangan Sosbud



RASIONIL PERLUNYA BIMBINGAN DAN KONSELING MENURUT TINJAUAN KONSTITUSI FILSAFAT DAN PERKEMBANGAN SOSIAL BUDAYA

UNNES


Nama  :Widyawati Dewi A
NIM     :2601410029




Universitas Negeri Semarang
Fakultas Bahasa dan Seni
Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa


Layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan di Indonesia. Sebagai sebuah layanan profesional, kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan secara sembarangan, namun harus berangkat dan berpijak dari suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan pengembangan layanan bimbingan dan konseling, baik dalam tataran teoritik maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para penerima jasa layanan (klien). .
Berbagai kesalahkaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan dan konseling selama ini,– seperti adanya anggapan bimbingan dan konseling sebagai “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan dan konseling,- sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan penguasaan konselor.tentang landasan bimbingan dan konseling. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di atas landasan yang seharusnya.
Oleh karena itu, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan konseling, khususnya bagi para konselor, melalui tulisan ini akan dipaparkan tentang beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling.


A.      Dari tinjauan Filsafat

Bimbingan dan konseling sesungguhnya terkait erat dengan pandangan para ahli tentang hakikat manusia, tujuan, dan tugas hidupnya di dunia ini, serta kiat-kiat untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaannya. Oleh karena itu seorang konselor harus memiliki pemahaman yang akurat mengenai filsafat manusia.
Landasan filosofis atau filsafat merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis. Dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern bahkan filsafat post-modern, para penulis Barat (Victor Frankl, Patterson, Alblaster & Lukes, Thompson & Rudolph, dalam Prayitno, 2003) telah mendeskripsikan tentang hakikat manusia sebagai berikut :
1.      Manusia adalah makhluk rasional yang mampu berfikir dan mempergunakan ilmu untuk meningkatkan perkembangan dirinya.
2.      Manusia dapat belajar mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya apabila dia berusaha memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada dirinya.
3.      Manusia berusaha terus-menerus memperkembangkan dan menjadikan dirinya sendiri khususnya melalui pendidikan.
4.      Manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjadi baik dan buruk dan hidup berarti upaya untuk mewujudkan kebaikan dan menghindarkan atau setidak-tidaknya mengontrol keburukan.
5.      Manusia memiliki dimensi fisik, psikologis, dan spiritual yang harus dikaji secara mendalam.
6.      Manusia akan menjalani tugas-tugas kehidupannya dan kebahagiaan manusia terwujud melalui pemenuhan tugas-tugas kehidupannya sendiri.
7.      Manusia adalah unik dalam arti manusia itu mengarahkan kehidupannya sendiri.
8.      Manusia adalah bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang menyangkut perikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu dan akan menjadi apa manusia itu.
9.      Manusia pada hakikatnya positif, yang pada setiap saat dan dalam suasana apapun, manusia berada dalam keadaan terbaik untuk menjadi sadar dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
B.       Dari tinjauan Sosial dan Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan tersingkir dari lingkungannya. Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu berbeda-beda sehingga menyebabkan perbedaan pula dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson dalam Prayitno (2003) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang. Stereotipe cenderung menyamaratakan sifat-sifat individu atau golongan tertentu berdasarkan prasangka subyektif (social prejudice) yang biasanya tidak tepat. Penilaian terhadap orang lain disamping dapat menghasilkan penilaian positif tetapi tidak sedikit pula menimbulkan reaksi-reaksi negatif. Kecemasan muncul ketika seorang individu memasuki lingkungan budaya lain yang unsur-unsurnya dirasakan asing. Kecemasan yanmg berlebihan dalam kaitannya dengan suasana antar budaya dapat menuju ke culture shock, yang menyebabkan dia tidak tahu sama sekali apa, dimana dan kapan harus berbuat sesuatu. Agar komuniskasi sosial antara konselor dengan klien dapat terjalin harmonis, maka kelima hambatan komunikasi tersebut perlu diantisipasi.
Terkait dengan layanan bimbingan dan konseling di Indonesia, Moh. Surya (2006) mengetengahkan tentang tren bimbingan dan konseling multikultural, bahwa bimbingan dan konseling dengan pendekatan multikultural sangat tepat untuk lingkungan berbudaya plural seperti Indonesia. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan landasan semangat bhinneka tunggal ika, yaitu kesamaan di atas keragaman. Layanan bimbingan dan konseling hendaknya lebih berpangkal pada nilai-nilai budaya bangsa yang secara nyata mampu mewujudkan kehidupan yang harmoni dalam kondisi pluralistik.